Kamis, 09 Juni 2011

Teologi dari Pengalaman Mistis

Teologi dari Pengalaman Mistis1

Target mempelajari teologi berwawasan mistik adalah menjadi dewasa dalam hal pengalaman dan bukan kedewasaan berdasarkan doktrin. Sebenarnya bukan teologi yang bersifat mistik tetapi kata-kata yang tercantum didalamnya-lah yang diberi unsur-unsur pengalaman mistis yang dilalui. Maksudnya adalah pengalaman pribadi bersama Tuhan; dimensi terdalam akan iman Kristiani.

Kinerja dan Meditasi
Sejak usaha dan kinerja dianggap sebagai salah satu kriteria kebenaran, meditasi dianggap sesuatu yang berbeda dari kenyataan, karena keberadaannya yang spekulatif. Yang kita tahu bahwa kebenaran haruslah konkret dan nyata (dapat diuji secara ilmiah), Berthold Brecht menjabarkan “jadi sekarang meditasi dianggap sebagai sesuatu yang abstrak, jauh melampau kenyataan dan tindakan. Bagi masyarakat yang menganggap kesuksesan diperoleh dari usaha, maka meditasi dianggap tak berarti lagi. Cukup dipahami memang, jika meditasi saat ini dijadikan semacam olah fisik yang bersifat latihan badani seperti olahraga. Atau jika tehnik yoga dijual-belikan hanya dipakai sebagai alat mendongkrak penampilan (performance) dan gaya hidup. Marketing dan sales sekarang telah merusak makna sesungguhnya dari meditasi.
Meditasi adalah metode kuno untuk memperoleh pengetahuan yang seiring dengan kemajuan jaman telah terdorong jauh oleh paham aktifisme modern yang menganggap segala hal dapat dicerna dengan ilmiah melalui usaha manusia. Meditasi adalah model pencapaian yang kita latih hari lepas hari, tanpa harus merasa jemu dengannya2.
Jika kita memahami sesuatu dengan metode ilmiah3, maka kita akan mengusahakannya, dan meneliti dengan seksama sehingga obyek tersebut berada dalam kekuasaan kita. Obyek tersebut menjadi sunyi, yang ada hanyalah pandangan-pandangan dan pikiran kita yang berbicara keras untuk menafsirkan obyek tersebut4. Hal ini menciptakan rasa menghargai kita terhadap obyek tersebut menjadi hilang. Meditasi tetap memandang obyek tersebut sebagai sesuatu yang dapat menjelaskan dirinya sendiri5, sesuatu yang unik, sesuatu yang berharga, sehingga kita dapat ikut berperan, merasakan, mengalir bersama dengan obyek tersebut.
Segala sesatu (kenyataan) tidak selalu harus dicerna oleh sel-sel otak kita namun juga dapat dicerna dengan intuisi (feeling, sense, respon) perasaan kita. Lalu perasaan apa yang dipakai untuk memahami pengetahuan dan pengertian?
Bapak pengetahuan kita dari Yunani telah menjelaskan bahwa pengetahuan erat dengan apa yang kita lihat (to look at_with their eyes) contoh: jika kita melihat bunga, matahari tenggelam dan keberadaan Tuhan. Kenyataan yang sesungguhnya apabila kita bisa memahaminya sebagai, bunga, matahari tenggelam, dan Tuhan, hanya Tuhan adanya, tidak ada yang lain. Maka dipahami bahwa adanya bunga adalah sebagai bagian dari alam, dari matahari dan dari Tuhan. Keberadaan kita adalah sebagai bagian di dalam komuni (kesatauan alam) tersebut dan bukan menguasainya (dominate) dengan coba mencernanya dengan logika. Dengan ini kita mampu mengerti semuanya hanya dengan cara mencintai apa yang kita lihat. Pengetahuan, dalam bahasa ibrani (yadah) adalah tindakan mencintai, bukan tindakan untuk menguasai. “Aku memandangnya, maka aku mencintainya”. Aku memandang Tuhan, maka aku mencintai Tuhan, hasilnya adalah pandangan yang utuh dari teori kenyataan.
Orang moderen memandang segala sesuatu dgn cara yang berbeda, karena kita memakai tangan untuk mengerti segalanya. Tentunya sentuhan adalah salah satu indra perasa yang selalu kita pakai untuk memahami situasi, namun sering juga kita pakai sentuhan ini utk menguasai, merangkul segala sesuatu, mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, menguasai segala pemahaman. Setelah kita mendapatnya, kita mengontrolnya sesuka kita. Hasilnya adalah penguasaan total terhadap obyek tersebut (pure domination)
Disinilah harus dipahami oleh manusia moderen, pengetahuan dengan mendominasi sesuatu memiliki keterbatasan. Inilah yang yg menjadi awal kehancuran manusia. Kita cendrung menganggap apa yang kita ketahui sebagai barang milik yang harus dikuasai sepenuhnya. Dikuasai oleh keegoisan, dan posesifitas. Sikap ini bukan saja menghancurkan manusia namun juga menghancurkan lingkungannya.
Masalah utama manusia jaman sekarang adalah harapan kembali hidup dalam kebersamaan antar umat manusia. Mengapa? karena manusia mulai mengesampingkan cinta dan rasa sayang. Manusia senantiasa berusaha mencari kekosongan yang ada didalam dirinya, apabila kekosongan ini tidak diisi dengan sesuatu yang metafisik (pribadi ilahi), tetapi diisi dengan keinginan-keinginan yang dipenuhi keegoisan, penguasaan total, kejahatan; berusaha menolong orang lain dalam kesulitannya cuma sekedar membagikan kekosongan itu saja, mengapa? karena manusia cendrung mudah terpengaruhi dengan sikap dan perkataan orang lain. Ideologi-ideologi dibagikan dan dipercayai sebagai kebenaran dan ditiru oleh orang lain. Solusinya adalah, hanya manusia yang mampu melepaskan diri dari ikatan-ikatan duniawinya itulah pribadi yang mampu membebaskan orang lain dari kesulitannya.

Meditasi dan Perenungan
Banyak devinisi tentang yang ada tentang meditasi dan perenungan, namun bagi penulis meditasi berarti sikap mencintai, haus akan pencarian pengetahuan; sedangkan perenungan adalah bentuk dari kesadaran seseorang dalam melakukan meditasi. Dalam meditasi, seseorang memfokuskan diri pada sebuah obyek dan menjadi satu didalamnya. Mereka sepenuhnya “terserap” didalamnya. Saat bermeditasi seseorang akan lupa akan keberadaan pribadinya ketika obyek tersebut semakin kuat menyelam masuk dalam pribadi orang tersebut. Tetapi dalam perenungan adalah kebalikannya, seseorang mengumpulkan kesadarannya, menjadi sadar akan perubahan-erubahan yang dialaminya. Dalam meditasi kita menjadi lebih dalam mengenal obyek itu. Tetapi perenungan yang terikat dengan meditasi, kita mulai menyadari tindakan dari alam sadar kita. Tentu saja tidak ada meditasi tanpa perenungan dan begitu sebaliknya karena keduanya menjadi satu bagian yang tak terpisahkan. Ada baiknya kita memahami perbedaan keduanya ini sejauh tidak melenceng akan firman Tuhan.
  1. Meditasi Kristiani bukanlah meditasi transendental6. Ini meditasi yang berfokus pada sebuah obyek, ini adalah meditasi pada tingkatan kerohanian akan Kristus, meditasi pada hasrat (kesungguhan dan kecintaan)7 pada Kristus. Meditasi ini berfokus pada sejarah karya kematian Kristus bagi umat manusia, hal ini tidak lepas dari usaha mencari pengetahuan dan kebijaksanaan. Sebab itu meditasi ini membuat si pemeditasi semakin berhikmat dan bijaksana. Fokus meditasi ini adalah torehan sejarah keberadaan dan hidup Kristus, bukan keberadaan pribadi orang tersebut, namun sejalan dengan itu, saat pribadi itu semakin jauh dalam usaha pengenalan Kristus, orang tersebut akan menyadari posisinya sebagai manusia yang berperan dalam kehidupan dan rencana Kristus bagi kemuliaan kerajaan Allah didunia.

  1. Saat seseorang memfokuskan meditasinya kepada keberadaan, Kristus maka kehidupan dan sejarah Kristus disingkapkan. Kristus akan tinggal didalamnya dan begitu sebaliknya (menyatu dengan Kristus). Mereka akhirnya memahami arti penyaliban Kristus dan hanya penyaliban itulah yang mereka sadari sebagai satu-satunya yang paling berarti dalam kehidupannya8. Seperti apa yang Paulus katakan bahwa bukan lagi dia yang hidup tetapi Kristus yang hidup didalam dia9. Artinya Paulus dengan sadar berkata bahwa setiap kita seharusnya menjadi satu tubuh dengan Kristus dalam penderitaanNya, kematianNya dan kebangkitanNya supaya kita dibangkitkan bersama-sama dengan Kristus bukan dengan tubuh jasmani ini namun tunuh kemuliaan untuk memperoleh upah yang telah disediakan Bapa di sorga. Makna sesungguhnya yaitu menjadi kesatuan yang utuh didalam pribadi Kristus. Inilah makna meditasi yang sempurna dalam iman Kristiani.

Mistisme Paulus bukan tidak tanpa alasan menjadikan sejarah Kristus sebagai fokus meditasi, bagaimana tidak, jika kita mulai mengesampingkan kitab suci dan tidak mempertimbangkan sejarah kehidupan Kristus sebagai fokus meditasi kita, maka kita akan sesat tanpa bisa menjadi utuh dalam keberadaan Allah yang membawa kita pada pemenuhan kebutuhan rohani dalam jiwa kita yang kosong. Jika dilanjutkan maka yang ada adalah ketidak percayaan dan kekosongan, meditasi yang tidak membuahkan apa-apa. Ada banyak perdebatan akan konsep “Kristus didalam kita” dan “Kristus ada bersama kita”. Terlepas dari karya keselamatan yang dihadirkan Kristus bagi umat manusia, dan jika dipandang sebagai obyektif karya Allah (dimana Allah mengambil inisiatif untuk menyelamatkan manusia) atau subjektif (karena dipandang dari respons manusia terhadap keselamatan itu), tetap kita patut memahami karya Kristus di kayu salib sebagai sejarah yang oleh Roh Kudus jabarkan secara spesifik kedalam pribadi lepas pribadi. Kesadaran akan Roh Kudus mesti disadari sebagai cara supaya karya penebusan Kristus menjadi hidup di jiwa kita.

Pandangan kita akan sejarah Kristus tidak dapat diukur dari apa yang kita ketahui karena semuanya bersifat subyektif. Mengetahui yang diketahui akan membawa kita pada akar dominasi sehingga karya Kristus cuma dipandang sebagai metode manusiawi melalui respon otak kita. Pengetahuan yang kita ketahui akan membawa usaha kedagingan manusia dan tanggapan subyektif karena mengandalkan usaha individu untuk mencari kebenaran yang dimanifsestasikan dengan metode ilmu pengetahuan. Hal ini akan berakhir pada ketidak percayaan dan ketidak hormatan akan Allah. Meditasi ini menekankan kepada pelaku meditasi yang membuka diri akan pengetahuan yang belum tersingkapkan melalui indra perasa batin (yang dalam hal ini karya Roh Kudus yang mengajar dan membimbing). Pengetahuan dengan pendekatan inilah yang dapat dipertahankan keabsahannya.

Apa yang akan terjadi apabila kita mematuhi apa yang Roh Kudus ajarkan? Apa goalnya?. Tentu tujuan utamanya adalah mengembalikan kemulyaan manusia yang telah rusak oleh dosa, mengembalikan derajat manusia sebagai kesayangan dan sahabat Allah, membawanya dari kemulyaan menuju kemulyaan, yang setiap saat diserupakan dengan Kristus, dan serupa dengan Allah. Pengenalan akan Allah akan membawa kita pada keadaan seperti penganut mistik katakan “melahirkan pribadi Allah di jiwa10

Adakah seseorang mempunyai hubungan erat dengan Tuhan sehingga mampu melihat Tuhan? Menurut kitab suci, setiap orang yang melihat Tuhan akan mati, karena manusia adalah dosa dan Allah adalah kudus. Namun tidak bagi seseorang yang memiliki Kristus dihatinya, karena kapanpun, dalam kondisi apapun ia mampu melihat Tuhan dalam rupa anakNya Yesus Kristus, yang merendahkan diriNya (martabatNya) agar serupa dengan manusia berdoasa, supaya manusia dapat melihat Allah melalu pribadi Yesus. Secara fisik hal ini tidak dapat terjadi karena Yesus sudah tidak bersama dengan kita lagi. Namun pribadi dan karismanya masih ada dalam sejarah. Cara yang paling baik adalah memahami sejarah dan karya-karyaNya dalam firman Tuhan agar kita mampu melihat pribadiNya yang agung dalam ke-Allahan dan rupa ke-manusiaanNya, mengalami Kristus berarti tinggal didalam Kristus dan Kristus tinggal didalam Bapa; Bapa didalam kita.


Mistisme dan Martirisme

Pengalaman mistis selalu bercerita tentang mencapai kekosongan, melepaskan keberadaan diri kita agar rupa Kristus dapat tampil dengan jelas. Konsep ini tampaknya tidak dapat dideskripsikan dalam jawaban teologi namun dalam politik hidup para martir, seperti tertulis dalam kitab suci berbahagialah mereka yang teraniaya oleh karena kebenaran, karena merekalah yang akan memiliki kerajaan Allah.

Orang yang telah dijatuhi hukuman oleh karena kebenaran dibalik teralis penjara mereka telah di permalukan, ditelanjangi, tersiksa secara mental dan fisik, terbuang dari lingkungan, tercampakan, ditinggal oleh orang-orang yg dikasihinya, bahkan dalam kondisi psikisnya sampai lupa siapa dirinya sebenarnya, pendek kata mereka orang yang terbuang sama sekali dari dunia ini, menjadi sampah, bahkan setiap orang tidak mau memandang rupa mereka.

Dalam kesunyian sel penjara, jiwanya menjadi kosong dan hampa, ia masuk dalam titik tergelap dalam jiwanya, jika dia tidak mampu bertahan, ia akan mati disel seperti kebanyakan orang lain dalam kesia-siaan. Idealisme mistis para martir adalah hidup taat dan setia dalam iman sebagai murid Kristus meskipun dalam tekanan dan siksaan yang tidak manusiawi, bahkan mereka memutuskan tetap taat sampai mati.

Pengalaman mistis di sel penjara adalah pengalaman yang nyata bagi para martir, dalam kesendiriannya itu mereka mengalami Kristus dengan nyata. Mereka telah mengambil bagian dalam penderitaan Kristus. Menderita sebagai “saksi-saksi kebenaran”. Bagi mereka Tuhan ada dalam sel yang gelap dan pengap, Ia ada dalam setiap siksaan tubuh yang mereka jalani, Tuhan ada dalam proses intrograsi yang menggoyahkan iman, Ia ada dalam setiap jengkal penderitaan dan kesendirian jiwa para martir ini. Dipenjaralah merupakan tempat yang ideal bertemu dengan Tuhan secara pribadi, seperti halnya kisah-kisah tiap negara yang bercerita tentang martirnya.

Seperti Paulus dalam surat-suratnya kepada jemaat tidak bercerita tentang kesulitan yang ia alami di penjara namun ia justru menyampaikan kabar sukacita tentang Kristus. Teologi Paulus adalah teologi salib, dimana ia dengan sangat rindu menjadi bagian dalam penderitaan Tuhannya sebagai suatu keuntungan.

Ketaatan para martir tidak bisa disamakan dengan ketaan seorang prajurit kepada negaranya, tetapi ketaatan yang memberikan kekuatan untuk menderita bersama Tuhan, dan akhirnya memperoleh kesatuan utuh bersama dengan Kristus. Seseorang yang telah mati bersama dengan Kristus sebelum mengalami kematian tubuh akan hidup dan dibangkitkan dalam iman AnakNya Yesus Kristus.

Mungkin pengalaman mistis yang baik adalah mengalami kasih Kristus dalam kehidupan sepanjang hari, menyadari bahwa kita berada dalam rancangan dan kasih Allah yang sempurna. Ini tidak mudah namun harus dicapai oleh setiap orang percaya dalam pergulatan hidupnya sampai menjadi serupa dengan Kristus dalam kebangkitan dan kematianNya, menjadi utuh didalam Tuhan yang hidup.


Pandangan Dunia dalam Allah

Deutch mengatakan bahwa “semua adalah satu, dan satu adalah semuanya dalam Tuhan”. Demikian Ernesto Cardinal mengatakan bahwa “seluruh alam ini tiada lain selain Allah, cintaNya, bentuk dari keindahanNya, karya-karya tanganNya, dunia ini penuh dengan surat cintaNya kepada kita”.

Konsep dunia baru dalam Allah adalah peran Roh Kudus yang bekerja didalam tubuh11, dan didalam hati kita12. Didalam Roh itu kita kita dilahirkan kembali13 menjadi ciptaan baru, dunia yang baru. Cahaya Roh itu yang membuat dunia ini bersinar. Roh Kudus adalah kuasa ilahi yang bekerja didalam seseorang untuk menyatakan kemulyaan Allah.

Dalam karya penebusan Kristus, segala kutuk dan dosa telah dipikulNya dengan kasih yang tak terbatas kepada manusia yang kemudian dirubah menjadi kebaikan untuk menggenapi panggilan yang kudus bagi umatNya. Jadi melalui kasihNya setiap orang hidup dalam Tuhan dan Tuhan hidup dalam jiwanya.

Konsep dunia baru secara fisik dan roh adalah dimana kita akan dibangkitkan dalam kemulyaan yang abadi menyongsong kedatangan Yesus di langit yang baru, dengan demikian setiap orang dengan haus menantikan kedatangan Yesus Kristus untuk hidup abadi bersamaNya. Sebab itu dunia yang kita tinggali ini adalah bukti karya Allah bagi manusia, karena segalanya ada bagi Allah dan Allah di dalam dunia ini.

1 Jurgen Moltmann “The Spirit of Life: Universal Affirmation”, Minneapolis: Fortress Press 1971 (di rangkum dan diterjemahkan oleh James)

2 Maksudnya meditasi sejalan dengn kehidupan keseharian kita tanpa merasa terikat didalamya dan bukan seperti bekerja yang didasari oleh tuntutan, dan jika tidak dijalani maka akan berakibat buruk pada karir hidup kita, belum lagi tekanan dan stres yang dialami selamanya.

3 Knowledge is power_Francis Bacon

4 The master and prossessor of nature_Rene Descartes

5 Michael Kant

6 Meditasi yang membuat pelakunya hilang kesadaran lalu seolah “kerasukan” membuat org tersebut menapaki tahap selanjutnya yaitu tubuh dan roh yang terpisah.

7 Good Friday

8 I Kor 2:2

9 Gal 2: 2

10 Bhs. Jawa: Mannunggal ing Gusti (imanuel, Allah didalam kita)

11 Yoel 2:28, Kis 2:16

12 Rom 5:5

13 Yoh 3:3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar