Rabu, 10 Agustus 2011

Penulis Injil Yohanes dan Kitab Wahyu

PEMBUKTIAN PENULIS INJIL YOHANES

I.                   Pendahuluan.
Injil Yohanes berbeda dari ke tiga Injil sinoptik lainnya, Matius, Markus dan Lukas; memiliki cara pandang yang lain tentang sosok Yesus[1]. Matius memandang Yesus sebagai Raja Agung umat manusia, sedangkan Markus melihat Yesus sebagai sosok hamba yang diutus Tuhan menjalankan misiNya dibumi, Lukas melihat sosok Yesus dari perspektif kemanusiaanNya, sedangkan Yohanes menadang Yesus dari sosok pribadi Allah yang Agung berinkarnasi sebagai manusia yang fana namun dengan kuasa ilahi Tuhan. Banyak para ahli meragukan keabsahan Injil ini tentang siapa penulisnya dan apa motif pendukungnya. Sepintas pengakuan gereja awal mengakui Injil ini ditulis oleh Rasul Yohanes salah satu murid Yesus yang juga dikenal dengan “murid yang Yesus kasihi”. Namun ada beberapa spekulan menyatakan bahwa ada pihak lain yang menulis Injil ini karena di lihat dari tata bahasa dan penulisannya[2] yang menggunakan banyak kata-kata asing sekalipun pada masa itu dengan frase-frase kalimat khotbah yang panjang-panjang[3]. Terlepas dari itu semua, ada baiknya semua argumen itu diselidiki satu persatu untuk melihat kelebihan masing-masing tiap argumen. Selanjutnya kita akan melihat bukti-bukti internal dari Injil itu sendiri dan bukti ekseternal tentang siapa penulis Injil Yohanes.



II.                Bukti Internal
Injil Yohanes tidak pernah menyingkapkan jati diri siapa penulisnya berbeda dengan beberapa karya tulis PB lainnya. Seperti misalnya Paulus menulis dengan jelas kepada jemaat di Asia dengan mencantumkan namanya. Ketidak-adaan bukti internal yang merujuk nama penulis, bukan berarti penelitian berhenti sampai disini. Ada beberapa jejak yang mengarah kepada siapa penulis Injil ini, meskipun ditampilkan secara implisit. Jejak utama adalah yang tersaji dalam Yohanes 21: 24 yang merujuk identitas penulisnya. “Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar”. Injil Yohanes 21: 1-7 menceritakan para murid yang sedang menebar jala di danau Tiberias setelah kebangkitan Yesus. Saat itu ada Simon Petrus yang adalah Kefas sedang menghela jala bersama murid-murid lainnya, setelah semalaman tidak dapat ikan. Ketika itu Yesus menampakan diri tanpa mereka kenali.
Yohanes 21:1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut.
Yohanes 21:2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.
Yohanes 21:3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.
Yohanes 21:4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
Yohanes 21:5 Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada."
Yohanes 21:6 Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.
Yohanes 21:7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.


Ketika mereka sibuk menelayan, murid yang dikasihi itu melihat Yesus dan mengenaliNya sebagai gurunya kemudian memberitahukan murid lainnya. Setelah itu mereka ke tepi danau untuk sarapan bersama dengan Yesus. Kejadian berlanjut saat Petrus berbincang-bincang dengan Yesus dan memberitahukan tugasnya selanjutnya. Saat itu murid yang dikasihi itu mengikuti mereka.
20 Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?"
21 Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?"
22 Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku."
23 Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: "Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu."
24 Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.


Dalam hal ini ada indikasi bahwa penulis Injil Yohanes ini adalah murid yang dikasihi itu. Jika demikian kita perlu menganalisa ayat-ayat ini untuk memahami jati diri murid yang dikasihi ini. Salah satu caranya adalah dengan mengidentifikasi setiap murid yang sedang menelayan pagi itu dan memahami peran dan fungsinya dalam lingkaran Yesus. Dalam ayat itu disebutkan para murid yang mengikuti Petrus diantaranya; Thomas atau Didimus, Natanael, kedua anak Zebedeus dan dua murid lainnya (ay 2). Dengan demikian kita akan menganalisa siapa saja yang ada di perahu itu. Yesus mempunyai dua belas Rasul dikurangi Yudas Iskariot yang menghianati Yesus.
1.      Petrus bukanlah murid yang dikasihi, karena ia berada di perahu lain dan Petrus berbincang dengan Yesus ketika murid itu mengikutinya.
2.      Natanael atau Bartolomeus adalah orang Kana yang saat itu sedang duduk di bawah pohon ara ketika Yesus datang dan memanggilnya menjadi murid ( Yoh 1:45-50). Natanel tidak memiliki hubungan yang akrab dalam lingkaran murid Yesus, karena perannya tidak pernah menonjol seperti Petrus, Yakobus dan Yohanes.
3.      Disana ada juga Thomas yang juga disebut Didimus. Dia adalah murid yang yang meragukan kebangkitan Yesus dengan berkata “sebelum aku mencucukan jariku ke dalam luka pakunya dan lambungnya aku sekali-kali tidak akan percaya” (Yoh 20:25). Thomas adalah pribadi yang paling skeptis dan sinis dalam lingkungan murid Yesus, karena dia jugalah yang mengejek ketika Yesus akan membangkitkan Lazarus yang telah mati selama empat hari (Yoh 11:16). Murid dengan sikap seperti ini sulit kemungkinannya jika memiliki predikat murid yang Yesus kasihi.
4.      Disebutkan juga disana ada dua murid lainnya yang ikut menelayan, namun tidak teridentifikasi. Jika diasumsikan mungkin salah satu dari mereka adalah Filipus, tapi dia bukanlah nelayan dan tidak punya keahlian nelayan seperti Petrus. Matius dan Simon orang Zelot dapat dieliminasi karena Matius adalah pemungut cukai keKaisaran Roma dan Simon menurut legenda berumur lanjut sehingga pekerjaan nelayan bukan pekerjaan yang layak bagi mereka berdua. Untuk Bartolomeus tidak ada catatan yang menyatakan dia adalah nelayan. Yakobus anak Alfeus menurut tradisi gereja adalah seorang tua-tua Yerusalem dan bukan penelayan[4]. Andreas saudara Petrus dan Yudas bin Yakobus memiliki alibi yang cocok sebagai murid tak teridentifikasi ini karena Andreas adalah nelayan sama seperti Petrus (Mat 4:18) sedangkan Yudas bin Yakobus adalah nelayan.
5.      Terakhir adalah anak-anak Zebedeus yang terdiri dari Yakobus dan Yohanes. Mereka berdua juga yang disebut anak guruh (Mark 3:17). Profesi mereka berdua adalah nelayan danau Galilea ketika Yesus memanggilnya (Mark 1:19). Kedua bersaudara ini adalah murid yang dekat dengan Yesus selain Petrus. Ketika Yesus dimulyakan diatas gunung Petrus, Yohanes dan Yakobus menyaksikan bagaimana Yesus berbincang-bincang dengan Musa dan Elia (Mark 9:2). Mereka juga yang Yesus ajak untuk membangkitkan anak pemilik rumah ibadat yang meninggal (Mark 5:37). Ketika Yesus kesusahan dan berdoa di taman Getsemani, mereka bertiga ini juga yang Yesus perintahkan untuk berdoa dan berjaga-jaga namun jatuh tertidur (Mark 14:33). Secara umum trio ini adalah murid-murid terdekat Yesus, mereka Tuhan pilih sebagai yang terkasih, murid yang Tuhan ajari secara langsung.

Kembali dalam pokok permasalahan murid yang dikasihi itu harus memiliki kriteria yang Injil sebutkan
1). Ia pernah bersandar di bahu Yesus ketika jamuan makan malam (Yoh 13:23).
2). Murid yang dikasihi itu juga disebutkan berada di bawah salib Yesus untuk menerima Maria sebagai ibunya (Yoh 19;26).
3). Ia berlari lebih cepat dari Petrus ketika para wanita membawa kabar kalau kubur Yesus kosong (Yoh 20:3-6) murid ini pasti lebih muda dari Petrus karena staminanya yang kuat. Tampaknya semua alibi mengarah kepada satu individu yaitu Yohanes anak Zebedeus adalah murid yang dikasihi itu dan yang menuliskan Injil Yohanes ini.

Namun ada beberapa spekulan yang mengajukan bahwa murid yang dikasihi itu bukan Yohanes namun Lazarus yang Yesus bangkitkan (Yoh 11:3), atau Maria Magdalena. Memang Maria, Marta dan Lazarus dikasihi Yesus namun tidak ada bukti Lazarus mengikuti Yesus dan menjadi salah satu dalam lingkaran murid Yesus. Tidak ada bukti mendukung juga kalau dia seorang nelayan, seorang yang bersandar dibahu Yesus, yang juga menerima Maria sebagai ibunya. Sedangkan Marta dan Maria tidak diceritakan dalam acara makan malam itu sehingga ada kesempatan untuk berkumpul dengan kaum pria di meja bersama dengan Yesus dan ini bukan kebiasaan kaum Yahudi. Marta dan Maria mungkin sibuk menyiapkan makanan bagi mereka namun tidak ikut makan di sana apa lagi bersandar ke bahu Yesus. Yang lebih mengganggu adalah afair Maria Magdalena yang dipandang sebagai murid yang dikasihi, dan kemudian dianggap sebagai kekasih dan istri Yesus. Tentu ini sangat konyol sekali dan sangat menyesatakan sama sesatnya dengan kitab-kitab Nag Hammadi[5] itu.

Bukti internal lainnya yang merujuk Rasul Yohanes sebagai penulis Injil ini karena ia memahami sosial kultural dan geografis Palestina saat itu. Rujukan ini  menunjukan bahwa si penulis lahir dan besar di Israel, seorang Yahudi.
1.      Sang penulis tampaknya sangat mengenal letak georafis dan lingkungan Israel saat itu, khususnya Galilea dan Yudea. (lih Yoh 1:28 [11:1]; 2:1, 12; 3:23; 4:20; 11:54; 12:21).
2.      Dia pun faham betul dengan kota Yerusalem. (lih Yoh 5:1-15[6]; 9:7; 11:18; 18:1, 28; 19:17) dan Bait Allah (Yoh 2:14, 20; 8:2, 20; 10:23).
3.      Penulis berbaur dengan kondisi keagamaan dan sosial Palestina (Lih Yoh 4:9; 7:35; 11:49; 18:13, 28, 31, 39). Terlebih ia pun akrab dengan adat orang Samaria dan Yahudi (lih Yoh 1:41, 46; 4:9, 25; 6:15), festifal Yahudi dan perayaan di Bait Allah mampu ia ceritakan dengan baik seperti ibadah penyucian, perayaan paskah,  ( Yoh 2:13, 23; 6:4; 13:1; 18:28); ritual Bait Allah  (Yoh 7:2, 37); dedikasi (Yoh 10:22); pemurnian (Yoh 2:6; 3:25; 11:55; 18:28; 19:31).
4.      Penulis terlibat langsung sebagai saksi mata kejadian di Yerusalem dan sekitarnya terhadap pelayanan Yesus saat itu. (lih Yoh 1:29, 35, 39; 7:14; 11:6; 12:1; 13:1-2; 19:14, 20[7], 31; 20:1, 19, 26). Sama halnya ketika ia begitu memahami lingkungan dan kebiasaan para murid yang mengikuti Yesus, ada banyak hal yang ia sampaikan yang tidak mungkin ditulis oleh orang luar dari komunitas para Rasul. (Lih Yoh 2:11, 17; 4:27, 33; 6:19, 60-61; 16:17; 20:25; 21:3, 7).
5.      Penulis tampaknya menulis dengan kaidah bahasa Aramaik yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Yunani dengan sedikit editan dari pihak lain, dan mungkin masih penulis kenal seperti misalnya juru tulisnya atau muridnya. (Lih Yoh. 1:38, 41, 42; 4:25; 9:7; 11:16; 19:13, 17; 20:16; 21:2)
III.             Bukti Eksternal
Bukti luar mengidentifikasikan Yohanes anak Zebedeus penulis Injil Yohanes. Salah satu sumber yang sangat membantu mengetahui penulis Injil Yohanes berasal dari Irenius dan Epipanius, bapak-bapak gereja abad pertama dan ketiga. Teofilus dari Antiokia (181 M) menyebutkan bahwa penulis Injil Yohanes adalah Rasul Yohanes anak Zebedeus (Autol. 2.22).
You will say, then, to me: "You said that God ought not to be contained in a place, and how do you now say that He walked in Paradise? "Hear what I say. The God and Father, indeed, of all cannot be contained, and is not found in a place, for there is no place of His rest; but His Word, through whom He made all things, being His power and His wisdom, assuming the person of the Father and Lord of all, went to the garden in the person of God, and conversed with Adam. For the divine writing itself teaches us that Adam said that he had heard the voice. But what else is this voice but the Word of God, who is also His Son? Not as the poets and writers of myths talk of the sons of gods begotten from intercourse [with women], but as truth expounds, the Word, that always exists, residing within the heart of God. For before anything came into being He had Him as a counsellor, being His own mind and thought. But when God wished to make all that He determined on, He begot this Word, uttered, the first-born of all creation, not Himself being emptied of the Word [Reason], but having begotten Reason, and always conversing with His Reason. And hence the holy writings teach us, and all the spirit-bearing [inspired] men, one of whom, Yohanes, says, "In the beginning was the Word, and the Word was with God," showing that at first God was alone, and the Word in Him. Then he says, "The Word was God; all things came into existence through Him; and apart from Him not one thing came into existence." The Word, then, being God, and being naturally produced from God, whenever the Father of the universe wills, He sends Him to any place; and He, coming, is both heard and seen, being sent by Him, and is found in a place.

Irenaeus (130-c. 200) juga mengidentifikasikannya sebagai penulis Injil Yohanes yaitu Rasul Yohanes anak Zebedeus. Eusebius mengutip kalimat Irenius dalam Agains Heresies bahwa Yohanes, murid Tuhan, tinggal di Efesus setelah Rasul Paulus meninggal.  Irenius berkata bahwa Yohanes adalah benar-benar ‘saksi mata” atas tradisi kerasulan disana dengan pnggilan Rasul  Yohanes “murid yang dikasihi Tuhan”  (H.E. 3. 23).
 Adv. Haer. 2.22.5. They, however, that they may establish their false opinion regarding that which is written, "to proclaim the acceptable year of the Lord," maintain that He preached for one year only, and then suffered in the twelfth month. [In speaking thus], they are forgetful to their own disadvantage, destroying His whole work, and robbing Him of that age which is both more necessary and more honorable than any other; that more advanced age, I mean, during which also as a teacher He excelled all others. For how could He have had disciples, if He did not teach? And how could He have taught, unless He had reached the age of a Master? For when He came to be baptized, He had not yet completed His thirtieth year, but was beginning to be about thirty years of age (for thus Luke, who has mentioned His years, has expressed it: "Now Jesus was, as it were, beginning to be thirty years old," when He came to receive baptism); and, [according to these men, ] He preached only one year reckoning from His baptism. On completing His thirtieth year He suffered, being in fact still a young man, and who had by no means attained to advanced age. Now, that the first stage of early life embraces thirty years, and that this extends onwards to the fortieth year, every one will admit; but from the fortieth and fiftieth year a man begins to decline towards old age, which our Lord possessed while He still fulfilled the office of a Teacher, even as the Gospel and all the elders testify; those who were conversant in Asia with John, the disciple of the Lord, [affirming] that Yohanes conveyed to them that information. And he remained among them up to the times of Trajan. Some of them, moreover, saw not only John, but the other apostles also, and heard the very same account from them, and bear testimony as to the [validity of] the statement. Whom then should we rather believe? Whether such men as these, or Ptolemaeus, who never saw the apostles, and who never even in his dreams attained to the slightest trace of an apostle?

Adv. Haer. 3.3.4. But Polycarp also was not only instructed by apostles, and conversed with many who had seen Christ, but was also, by apostles in Asia, appointed bishop of the Church in Smyrna, whom I also saw in my early youth, for he remained [on earth] a very long time, and, when a very old man, gloriously and most nobly suffering martyrdom, departed this life, having always taught the things which he had learned from the apostles, and which the Church has handed down, and which alone are true. To these things all the Asiatic Churches testify, as do also those men who have succeeded Polycarp down to the present time—a man who was of much greater weight, and a more steadfast witness of truth, than Valentinus, and Marcion, and the rest of the heretics. He it was who, coming to Rome in the time of Anicetus caused many to turn away from the aforesaid heretics to the Church of God, proclaiming that he had received this one and sole truth from the apostles,-that, namely, which is handed down by the Church. There are also those who heard from him that John, the disciple of the Lord, going to bathe at Ephesus, and perceiving Cerinthus within, rushed out of the bath-house without bathing, exclaiming, "Let us fly, lest even the bath-house fall down, because Cerinthus, the enemy of the truth, is within." And Polycarp himself replied to Marcion, who met him on one occasion, and said, "Do you know me? ""I do know you, the first-born of Satan." Such was the horror which the apostles and their disciples had against holding even verbal communication with any corrupters of the truth; as Paul also says, "A man that is an heretic, after the first and second admonition, reject; knowing that he that is such is subverted, and sins, being condemned of himself." There is also a very powerful Epistle of Polycarp written to the Philippians, from which those who choose to do so, and are anxious about their salvation, can learn the character of his faith, and the preaching of the truth. Then, again, the Church in Ephesus, founded by Paul, and having John remaining among them permanently until the times of Trajan, is a true witness of the tradition of the apostles.

Dilain kesempatan Irenius seperti yang diungkapkan Eusebius (H.E. 5.8.4), menerangkan bahwa Yohanes adalah murid Tuhan yang bersandar dipundak Yesus  (ho kai epi to stêthos autou anapesôn), menuliskan Injilnya di Efesus (H.E. 5.8.4; Adv. Haer. 3. 3. 4). Polycrates, juga menegukan bahwa penulis Injil Yohanes adalah murid dari Tuhan yang saat itu bersandar pada Yesus. Ia melanjutkan bahwa Rasul Yohanes menulis Injilnya di gereja Efesus [H.E. 5.24.3].)

Adv. Haer. 3.1.1. We have learned from none others the plan of our salvation, than from those through whom the Gospel has come down to us, which they did at one time proclaim in public, and, at a later period, by the will of God, handed down to us in the Scriptures, to be the ground and pillar of our faith. 2 For it is unlawful to assert that they preached before they possessed "perfect knowledge," as some do even venture to say, boasting themselves as improvers of the apostles. For, after our Lord rose from the dead, [the apostles] were invested with power from on high when the Holy Spirit came down [upon them], were filled from all [His gifts], and had perfect knowledge: they departed to the ends of the earth, preaching the glad tidings of the good things [sent] from God to us, and proclaiming the peace of heaven to men, who indeed do all equally and individually possess the Gospel of God. Matthew also issued a written Gospel among the Hebrews3 in their own dialect, while Peter and Paul were preaching at Rome, and laying the foundations of the Church. After their departure, Mark, the disciple and interpreter of Peter, did also hand down to us in writing what had been preached by Peter. Luke also, the companion of Paul, recorded in a book the Gospel preached by him. Afterwards, John, the disciple of the Lord, who also had leaned upon His breast, did himself publish a Gospel during his residence at Ephesus in Asia.

Tampaknya sumber perkataan Irenius adalah dari Polikarpus (69-155), yang ia kenal sejak ia muda dan juga mengenal Rasul Yohanes. Polikarpus adalah penjembatan antara  era Yohanes dan Irenius. Eusebius mengutip perkataan Irenius dalam suratnya yang ditujukan untuk Florinus, dengan petunjuk bahwa ia sering mendengar Polikarpus membicarakan perbuatan dan perkataan Rasul-Rasul itu, termasuk Yohanes  (H.E. 5. 20. 4-8). Seperti yang dikemukakan tersebut (H.E. 4. 14. 1-8), Irenaeus mengklaim bahwa Polikarpus mengenal Rasul itu dan ditunjuk untuk menjabat sebagai uskup Smyrna dan banyak berkomunikasi dengan Rasul itu untuk mengajar generasi muda. Irenius diduga adalah salah satu generasi muda yang diajar oleh Polikarpus (Adv. Haer. 3. 3. 4).
Seperti yang dikatakan Eusebius, klemen dari Alexandria (150-c.215) menulis, "Tetapi Yohanes, yang terakhir dari yang ada dengan begitu prihatin terhadap para murid yang mulai meragukan Injil lainnya dan ia (Yohanes) mulai menuliskan Injilnya sendiri" (H.E. 6.14.7).
Kanon Muratori menuliskan bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Injil keempat ini:
"The fourth gospel is that of John, one of the disciples....When his fellow-disciples and bishops exhorted him, he said, 'Fast with me for three days from today, and then let us relate to one another whatever may be revealed to each of us.' On the same night it was revealed to Andrew one of the apostles that Yohanes should narrate all things in his own name as they remembered them..."

IV.             Kesimpulan
Sampai saat ini tetap dipercayai penulis Injil Yohanes adalh Rasul Yohanes anak Zebedeus. Hal ini di kuatkan oleh kesaksian bapak-bapak gereja awal dan dikuatkan pula oleh bukti internal dalam kitab tersebut. Pemikiran bahwa murid yang dikasihi adalah penulis Injil memang masih ubsurd, terutama apabila dikaitkan identitas si penulis berdasarkan yang bukan dilingkaran murid Yesus. Asumsi ini agak berat sebelah karena tidak berdasarkan bukti-bukti yang kongkret. Bukti-bukti konkret yang mendukung Yohanes anak Zebedeus sebagai penulis Injil Yohanes adalah berdasarkan asumsi. 1). Dia disebutkan sebagai saksi mata yang menulis kejadian ini, dan yang kesaksiannya benar. 2) ia begitu akrab dengan lingkungan ke duabelas Rasul Yesus sehingga ia banyak menulis pengajaran Yesus yang tidak disampaikan kepada halayak ramai. 3) sang penulis mengenal dengan baik kondisi sosial kultural dan agama Yahudi pada saat itu, samapai dengan ibadah perayaan yang rumit dari Bait Allah, hal ini mengidentifikasikan sang penulis sebagai orang Yahudi tulen. 4) menurut para ahli bahasa yang dipakai dalam menulis Injil Yohanes adalah bahasa Aram yang kemudian dicarikan padanan katanya untuk diterjemahkan dalam tata bahasa Yunani, karena ungkapan itu hanya bisa ditemui dalam bahasa asli rumpun semit.









PENULIS KITAB WAHYU

I.                   Pendahuluan.
Kitab Wahyu adalah kitab terakhir dari PB. Kitab Wahyu atau juga dikenal Pewahyuan Rasul Yohanes (diambil dari bahasa Yunani ἀποκάλυψις ἀπο atau apo- ["membuka, mengangkat"] and κάλυψις or kalypsis ["selubung, penutup"]—secara literal dapat berarti "membuka selubung") adalah kitab yang berisi seluruhnya tentang penyingkapan akhir jaman sehingga disebut juga kitab Wahyu[8]

II.                Bukti Internal
Penulis kitab ini mengidentifikasikan dirinya sebagai Yohanes sebagai hamba, saudara, dan sekaligus Rasul (Why 1:1-4; 22:8-9) yang dibuang ke Pulau Patmos ketika ia memperoleh visinya dari Tuhan (Why1:9; 4:1-2). Dalam tulisannya yang ditujukan kepada tujuh jemaat di asia Kecil yaitu Efesus, Smyrna, Pergamum, Tiatira, Sardis, Filedelfia, dan Laodikia (Why 1:4, 11). Penulis kitab menuliskan suratnya seperti seorang Rasul yang dikenal para jemaat dan sahabat dalam penderitaan.
Yang sering diperhatikan ketika mengkaji bukti internal adalah perbandingan kata yang dipakai kitab Wahyu dengan surat-surat Yohanes lainnya, termasuk Injil Yohanes. Ada beberapa perbedaan yang mencolok antara kitab Wahyu dan Injil Yohanes. Kitab Wahyu tidak menggunakan tata bahasa Yunani sebaik Injil Yohanes[9]. Ada asumsi bahwa penulis kedua kitab ini berbeda. Para ahli membuat perbedaan tentang jati diri Yohanes dari Patmos, Rasul Yohanes anak Zebedeus, atau Yohanes tetua gereja Efesus. Semua perbedaan itu terjadi karena sebutan bapak-bapak gereja awal untuk mengidentifikasi dengan jelas siapa Yohanes sesungguhnya dengan banyaknya panggilan dan sebutan.
Ada asumsi yang menarik bahwa sesungguhnya penulis kitab Wahyu dan surat-surat lainnya yang termasuk Injil adalah orang yang sama. Teori ini berpandangan bahwa pada masa itu seorang guru, rabi, atau Rasul bahkan orang popular dikatakan bijaksana atau cendikiawan pasti memiliki asisten yang disebut juru tulis. Hal ini diperkuat oleh catatan alkitab bahwa Petrus memiliki asisten Markus yang menulis Injil Markus, sedangkan Paulus memiliki juru tulis Lukas yang menulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Perbedaan bahasa yang terjadi antara kitab Wahyu dan Injil adalah masa yang berbeda. Saat Yohanes menulis Injil, ia ditemani seorang juru tulis dengan kemampuan bahasa Yunani yang terdidik. Sehingga Yohanes hanya perlu mendiktekan pikirannya yang menggunakan kaidah bahasa Aram atau ibrani kuno lalu dan juru tulis menterjemahkannya dalam kaidah kebahasaan Yunani. Itulah alasannya mengapa banyak kesan editing dalam Injil Yohanes. Dilain pihak, Yohanes yang telah uzur dalam kesendiriannya selama pembuangan di pulau Patmos mengalami kesulitan untuk menuliskan surat dalam bahasa Yunani, karena latar belakangnya yang hanya nelayan Galilea, tak berpendidikan dan terpelajar. Kesulitan yang dihadapi ini memaksanya menulis untuk jemaat di Asia kecil yang mayoritas berbahasa Yunani, sedangkan ia sendiri belajar bahasa Yunani hanya dari pergaulan dan bukan dari sekolah. Itulah alasan mengapa kitab Wahyu menggunakan bahasa Yunani yang minim tata bahasa dan gramatikanya.

Perbedaan itu sering menjadi permasalahn dalam mengidentifikasi karya-karya Yohanes. Tapi menurut para ahli beberapa kosa kata yang sama dapat ditemukan dalam karya tulis Yohanes untuk membandingkan dan menemukan siapa penulisnya, persamaannya antara lain;
·         Yesus ditulis dengan sebutan logos, Yoh 1:1. Why 19:13
·         Domba Allah, Yoh 1:29, 36 Why 5:6 dll.
·         Air Kehidupan, Yoh 4:10, band. Why 8:10, 21:6, 22:1, 22:17
·         Dia yang akan datang, 1 Yoh 2:13 band. 2:7 dll., 21:7
·         Menjaga perintah, 1 Yoh 2:3, band. Why 12:17, 14:12
·         Marilah yang haus dan letih lesu, Yoh 7:37 band. Why 21:6, 22:17
·         Pakaian Malaikat, Yoh 20:12 (Para Mailaikat berbaju putih cemerlang (15:6), sedangkan para tetua berwarna putih (3:4, 5, 18, 6:11, 7:9, 19:14))
·         Perintah dari Bapa, Yoh 10:18
·         Pengantin dan mempelaiNya (Yoh 3:29 band. Why 19:7)
·         Para penyembah  (Yoh 4:23 band. Why 11:1)
·         Kebangkitan dari kematian (Yoh 5:25-29 band. Why 20:11 ff.)
·         Kasih Bapa kepada Anak (Yoh 5:20 band. Why 1:1)
·         Penyerahan kekuasaan (Yoh 6:39 band. Why 7:4, 14:1)
·         Pengajaran Kristus dari Bapa (Yoh 7:16 band. Why 1:1)
·         Kesaksian dua saksi (Yoh 8:17 band. Why 11:3)
·         Iblis bapa pendusta (Yoh 8:44 band. Why 12:15, 20:8 )
·         Kristus sebelum Abraham (Yoh 8:58 band. Why 1:17-18)
·         Pencuri dating untuk membinasakan (Yoh 10:10 band. Why 9:11)
·         Akulah Gembala yang baik (Yoh 10:11 band. Why 8:17)
·         KepaTuhan mengikut Yesus (Yoh 12:25 band. Why 2:10)
·         Syarat mengikut Yesus (Yoh 12:26 band. Why 14:4)
·         Suara Tuhan seperti gemuruh badai (Yoh 12:28-29 )
·         Janji Tuhan akan kembali lagi (Yoh 14:3, band. 22:3)
·         Dunia membenci Anak (Yoh 15:18)
·         Perlindungan Bapa (Yoh 17:11 band. Why 7:4, 14:1)
·         Baukan bagian dari dunia ini (Yoh 17:14 band. Why 6:9).
·         Menyaksikan kemulyaan Yesus (Yoh 19:15 band. Why 21:23)
·         Mereka akan melihat kepada yang dipakukan (Yoh 19:37 band. Why 1:7)
·         Kembali kepada Allah (Yoh 20:17 band. Why 3:2, 3:12)
III.             Bukti Eksternal
Tradisi keKristenan awal menyebutkan penulis kitab Wahyu sebagai Rasul Yohanes seperti yang dikatakan Justin Martir (165 M) dan Irenius (140-202 M) yang adalah murid Polikarpus, murid dari Rasul Yohanes sendiri. Selain itu Melito, Hipplytus (235 M), Tertullian (220 M), Clement dari Alexandria (212 M), Origen (185-254 M) juga menyampaikan hal yang sama.

Peristiwa pembuangan Yohanes ke pulau Patmos kemungkinan pada era Kaisar Vespasianus (69-79), namun lebih tepatnya antara tahun 81-96 M pada era keKaisaran Domitian. Hal ini dibuktikan dengan menghitung mundur penulisan setiap surat dan kitab yang ditulis para Rasul pada tiap periodenya[10].
·       Surat Roma                 : 57 M (masa Kekaisaran Nero)
·       Surat II Timotius         : Semasa Kekaisaran Nero 54-68 M, diperkirakan Paulus
menjadi martir pada saat kebakaran besar yang melanda kota
Roma tahun  64 M.
·       Surat II Petrus             : Petrus martir pada masa Nero atau sebelum tahun 68 M
·       Surat Yakobus                        : Tahun 50an atau awal 60'an M
·       Surat Ibrani                 : sebelum peristiwa pengerusakan Bait Allah tahun 70 M.
·       Kisah Para Rasul         : ditulis oleh Lukas tahun 63 M.
·       Injil Lukas                   : sekitar 59-63 M atau 70an s/d 80an M
·       Injil Markus                 : antara tahun 50an atau 60an, sekitar sebelum tahun 70 M.
·       Injil Matius                  : antara 50an atau 70an M
·       Kitab Wahyu               : antara tahun 80an atau 91an M
·       Injil Yohanes               : Akhir abad 100 M

Menurut sejarah, Domitian adalah adik dari Titus Vespasianus Kaisar Roma yang dahulu pernah menghancurkan pemberontakan di Yerusalem dan menghancurkan Bait Allah pada masa runtuhnya kekaisaran Nero tahun 70 M. setelah Nero lengser kekaisarn di pimpin oleh Kaisar singkat yaitu Otho dan Galba sebelum Flavius Vespasianus ayah Titus Vespasianus memerintah Roma. Pada masa pemerintahan Titus ia merampungkan circus atau yang disebut Colosseum yang mampu memuat 60.000 - 80.000 penonton[11]. Tempat ini kemudian dipandang sebagai kuburan masal para martir seperti Klement dari Alexandria, Polikarpus, dan lainnya. Titus tidak terlalu membenci orang Nasrani, namun membenci orang Yahudi, meski kadang pembantaian orang Yahudi juga akhirnya berujung kepada orang Kristen yang dipandang oleh kekaisaran masih satu rumpun agama dan bangsa dengan agama Yahudi.

Ketika Titus wafat, segera Domitian menduduki tahta Kekaisaran. Kebenciannya kepada orang Kristen menjadi jadi karena ia tahu bahwa sang Mesias akan lahir dari keluaraga turunan Daud. Akhirnya ia memerintahkan seluruh keturunan daud yang diketahui harus dihukum mati karena takut nantinya ia akan tergeser oleh sang Mesias[12]. Domitian kemudian mengankat dirinya sebagai tuhan dan sejak ia mengangkat dirinya dengan julukan “kaisar raja dan tuhan” maka setiap tahun diadakan upacara penghormatan dirinya sebagai tuhan. Setiap orang yang datang harus berseru dan menyembah dia sebagai tuhan barulah boleh mendapat hak warga negara Romawi. Dalam setiap mana surat atau keputusan pemerintahan, ia memaksa namanya dituliskan dengan kata “Dominus et Deus Nostar” yang artinya tuhan dan allah kami. Domitian berani membunuh kemenakannya Flavius Klemens karena tidak mau sujud menyembah kepadanya, dan ratusan orang yang dianggap mengancam tahtanya. Penghujatan ini tidak dapat diterima orang Roma terlebih oleh orang Kristen yang hanya menyembah Yesus sebagai Tuhan. Belum lagi laporan-laporan kekaisaran yang menyatakan bahwa orang Kristen adalah sekte sesat yang suka berkumpul dimalam hari, dalam rumah yang ditutup, melakukan ritual makan dan minum darah tuhannya, saling berciuman[13] dan menyanyikan lagu bagi Tuhan. Kristen akhirnya dituduh sebagai bidat sesat dan berbahaya bagi kekaisaran[14]. Kemudian akhirnya perintah turun untuk memusnahkan orang Kristen di wilayah Romawi. Saat itu Yohanes ada di Efesus dan ditangkap untuk dibawa ke Roma. Yohanes yang tua itu dihukum goreng hidup-hidup di Gerbang Latin kota Roma[15]. Ajaibnya Yohanes tidak mati dan diasingkan ke pulau Patmos untuk bekerja ditambang batu.

Pulau Patmos saat itu adalah bagian dari daerah kekuasaan Roma (sekarang Yunani). Patmos adalah salah satu gugusan pulau kecil tak berpenghuni di Laut Agean, barat daya Efesus (Turki moderen) dengan luas 6-10 mil² atau sekitar 10-16 km² dengan jajaran pesisir pantai yang berbatu karang terjal. Pada masa Domitian Patmos dipakai sebagai tambang batu alam yang setiap bulannya kapal kiriman datang untuk mengambil hasil kerja mereka. Dalam kondisi itu Yohanes menghabiskan waktunya sebagai pekerja tambang untuk menginjili beberapa rekan tahananya.

Sampai sekarang apabila kita berkunjung ke pulau Patmos, maka kita akan dibawa kesebuah katedral kecil yang dipercaya tempat itu dimana Yohanes menerima wahyunya dari Allah. Beberapa meter dari situ ada kolam pembasuhan dengan tulisan “disinilah Rasul Yohanes sang penginjil membabtis umat percaya”. Menelusuri lebih dalam terdapat gua dimana Yohanes menambang batu dan sel pidana yang pengap dan lembab.
Di usia tua, menurut tradisi, Yohanes menyelesaikan tulisannya di Efesus[16]. Meski sudah lanjut umurnya dan kondisi fisiknya lemah, ia tetap mengajar dan berkotbah. Kata terakhir yang ia ucapkan sebelum meninggal adalah “kasihilah satu dengan yang lain seperti Kristus mengasihi kita”. Sampai saat ini Rasul Yohanes dikenang sebagai Rasul yang menaburkan cinta kasih bagi jemaatnya.

IV.             Kesimpulan
Meski cendrung diragukan siapa penulisnya, kitab Wahyu haruslah dipercaya sebagai visi yang Allah berikan kepada manusia. Bukti internal dan eksternal mungkin meragukan, tapi setidaknya ada beberapa ciri yang bisa diperhatikan jika mengnggap kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes. 1) penulis mengidentifikasikan dirinya sebagai Rasul, sahabat, dan  murid dari Tuhan. 2) ia menuliskan kitabnya dengan nada kerasulan yang kuat seperti halnya para Rasul lain yang diberi otoritas dari Allah. 3) ia banyak menggunakan parabel dan sinonim gaya bahasa yang sama dengan injil Yohanes adan surat-surat Yohanes lainnya. 4) ia bukanlah orang Yunani atau orang Ibrani yang terpelajar, sehingga ia menyampaikan idenya dalam logat gaya bahasa Ibrani yang ia pahami. 5) bukti eksternal seperti kesaksian bapak-bapak gereja awal mendukung tulisan ini sebagai karya Yoanes Rasul Tuhan. 6) di pulau Patmos terdapat situs peninggalan yang dipercaya tempat Rasul Yohanes menerima visinya.



DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU
1.      Craig A. Evans and Nicholas Thomas Wright., Jesus, The Final Days: What Really Happened, (Kentucky: Westminster John Knox Press, 2008).
2.      Davidson., Robert. Alkitab berbicara, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000).
3.      David Bivin and Roy Blizzard, Jr. Understanding Jesus Teachings Parabels, (Ohio: Christian-Jews Research Center, 2004).
4.      Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008).
5.      Guthrie., Donald, Pengantar Perjanjian Baru I-III, (Surabaya: Penerbit momentum, 2004).
6.      Ludwig., Charles, Para Penguasa Pada Zaman Perjanjian Baru, (Bandung: Yayasan Khalam Hidup, 2004)
7.      Macdonald., Fiona, 100 things you should know about Ancient Rome (Miles Kelly, 2006).
8.      Maier, Paul L., Pontius Pilatus I-II, (Malang: Dioma Publishing, 2009).
9.      Maier, Paul L., The Flame of Rome I-II, (Malang: Dioma Publishing, 2009).
10.  Strobel., Lee, Pembuktian Akan Kebenaran Kristus, (Batam: Gospel Press, 2002).
11.  The Kingsfisher History Encyclopedia, The Antiquites Edition, (London: Kingsfisher Publications Plc, 2006).

SUMBER INTERNET
16.  http://en.wikipedia.org/wiki/12_apostles#The_Twelve_Apostles
29.  http://www.newadvent.org/johanniene_works



[1] Sinoptik secara harafiah berarti “dilihat secara bersama-sama” sebagai suatu kesatuan yang saling melengkapi. Injil Yohanes tidak terlalu menyajikan data historis, maupun biografi Yesus selengkap injil sinoptik. Lihat. Guthrie., Donald, Pengantar Perjanjian Baru I-III, (Surabaya: Penerbit momentum, 2004). Selain itu injil sinoptik memiliki banyak kesamaan dalam tulisannya dan diasumsikan bahwa mungkin ada sumber lain dalam krangka penulian injil-injil ini yang biasa dusebut sumber “Q”. Lih. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan komunikasi Bina Kasih, 2008).

[3] Craig L. Blomberg, PH.D. menegaskan bahwa gaya tulisan Yohanes bersifat teologis, seolah ada sebuah studi dalam akan pribadi dan pengajaran Kristus. Banyak ahli berasumsi, bahwa injil ini telah melalui masa diskusi panjang sebelum terbit dalam sebuah kitab. Lih, Stroble, Lee. Pembuktian akan kebenaran Kristus, (Batam: Gospel Press, 2002). Hal 34.
[4] http://en.wikipedia.org/wiki/Twelve_Apostles
[5] Kitab Nag Hammadi atau biasa yang disebut sebagai Nag Hammadi Library adalah kumpulan kitab apokripa yang ditemuakn tahun 1945 oleh petani Mesir di Nag Hammadi. Kumpulan kitab itu terdiri dari beberapa kodeks yang mencantumkan nama penulisnya, seperti Injil Barnabas, Thomas, Maria Magdalena, Petrus, dst. Bapak-bapak Gereja  menganggap kitab-kitab ini sesat karena mengandung mistisme dan bersifat Gnostik.
[6] Meski kisah mujizat si cacat dan kolam Betsaida menjadi perdebatan bertahun-tahun, namun Injil Yohanes menunjukan keakuratanya sebagai injil yang ditulis saksi mata saat itu.  John McRay, PH.D, mengatakan bahwa penemuan arkeologis sekarang telah menemukan kolam yang dianggap memiliki kesesuaian ciri dengan kolam Betsaida versi injil Yohanes yang diceritakan memiliki lima serambi. Lih, Stroble, Lee. Pembuktian akan kebenaran Kristus, (Batam: Gospel Press, 2002) hal. 128.
[7] Craig A. Evans mengatakan bahwa penulis injil Yohanes memahami betul situasi politik saat itu. Ketka Yesus dihadapkan ke Pilatus dan dikeluarkannya dektrit pembebasan tahanan perayaan paskah merupakan bukti historis yang kuat. Ia melanjutkan tradisi ini telah dikenal lama sejak era Herodes dan dilanjutkan kemudian hari setelah masa Pilatus.lih.  Craig A. Evans and Nicholas Thomas Wright., Jesus, The Final Days: What Really Happened, (Kentucky: Westminster John Knox Press, 2008), hal. 31.
[8] Sebenarnya nama asli kitab ini diambil dari ayat pertama inilah pewahyuan yang disampaikan Yesus Kristus kepada hambaNya Yohanes. http://christian-bible.com/NewTestament/OtherNT/revelation.htm
[9] http://www.newadvent.org/johanniene_works
[10] Ludwig., Charles, Para Penguasa Pada Zaman Perjanjian Baru, (Bandung: Yayasan Khalam Hidup, 2004)
[11] Ludwig, Charles., Para Penguasa Pada Masa Perjanjian Baru, Yayasan Khalam Hidup, Bandung; 2007. Hal 116
[12] ibid. Hal 126
[13] Ciuman dalam arti adalah salam hangat khas para pengikut Tuhan dan bukan secara harafiah dipandang ciuman birahi, sebagaimana dituduhkan orang Romawi pada mereka. Lih Rom 16:6
[14] Tuduhan semacam itu sering terjadi dalam masa kekristenan awal, seperti dalam catatan akhir  Paul L Meier., The Flame of Rome I-II, (Malang: Dioma Publishing, 2009). Tentang tuduhan orang kristen, bab 15.
[15] Ludwig, Charles., Para Penguasa Pada Masa Perjanjian Baru, Yayasan Khalam Hidup, Bandung; 2007. Hal 121

Tidak ada komentar:

Posting Komentar